Scroll untuk baca artikel
Ruang Cinta Pusaka

Sejarah Bogor dan Amanat Saleh Danasasmita

2032
×

Sejarah Bogor dan Amanat Saleh Danasasmita

Sebarkan artikel ini
sejarah

BOGOR, Kobra Post Online – Pada tanggal 3 Juni 2023, Bogor genap berusia 541 tahun. Setiap memperingati Hari Jadi Bogor pasti akan teringat dengan Buku Sejarah Bogor karya Saleh Danasasmita yang terbit pada tahun 1983.

Saleh sendiri adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) di lingkungan kerja Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kandepdikbud), Kodya Bogor. Ia juga dikenal sebagai budayawan yang mahir membaca tulisan Sunda Kuno, Palawa, Sansekerta, Jawa Kuno dan epigraf.

Sebuah catatan penting yang ditulis pada buku itu bahwa, tulisan ini merupakan bagian pertama dari Sejarah Bogor yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama ini hanya menyangkut riwayat ringkas Bogor dari masa Tarumanagara sampai triwulan terakhir abad ke-18.

Selanjutnya menurut Saleh, bagian kedua yang meliputi abad ke-20 merupakan hasil penyusunan bersama. Catatan terakhir ini yang menurut saya paling penting, karena Sejarah Bogor abad ke-20 menyangkut perkembangan Bogor dari masa VOC, Hindia Belanda dan masa setelah kemerdekaan hingga kini.

Di dalam sebuah makalahnya: Sejarah Orang Besar dan Sejarah Sosial. Alternatif Penulisan Sejarah Bogor terkait pembahasan penerbitan ulang buku Sejarah Bogor, Kasijanto Sastrodinomo, sejarawan dan dosen di FIB-UI, menulis bahwa aspek sejarah modern, paling tidak sejak masa kolonial, tampaknya belum ditulis sama sekali.

sejarah
Baca juga: Catatan Sejarah, Pelebaran Jembatan Otista Kedua Kalinya

Hal ini menjadi ironi bila diingat bahwa Kota Bogor hanya berjarak sejengkal dengan pusat politik, ekonomi dan budaya yakni Jakarta sejak jaman dahulu. Asumsinya, Bogor sedikit banyak tentu menjadi bagian dari pusaran dinamika besar pemerintahan Indonesia.

Di luar itu, penulisan sejarah Bogor pada masa kolonial sangat kaya dengan catatan sejarah perkembangan morfologi dan ciri sebuah kota kolonial. Sebuah kota yang terletak di pedalaman Tatar Sunda, Bogor; dirancang sebagai tempat kediaman resmi para gubernur jenderal, sebagai pusat penelitian tanaman tropis lengkap dengan kebun botani dan bangunan-bangunan risetnya.

Kurun waktu masa kolonial yang dikenal masa Pemerintahan Hindia Belanda berlangsung dari saat Herman Willem Daendels menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1808-1811 sampai masa jabatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir Tjarda van Starkenborgh Stachouwer tahun 1936-1942.

Pada masa Pemerintahan Hindia Belandalah sangat banyak terungkap dan menjadi petunjuk peranan Kota  Bogor sebagai kota yang paling unik di Indonesia. Perkembangan dan pengembangan Kota Bogor yang mulai dirintis oleh arsitek-planolog Ir. Thomas Herman Karsten  tahun 1920, memperkuat posisi Bogor sebagai sebuah kota taman (garden city).

Baca juga: Mengulik Asal Usul Nama Jasinga, Sejarah Penting di Bogor

Seiring dengan ciri yang kuat, Bogor sebagai sebuah kota taman, Bogor juga merupakan tempat berlangsungnya kegiatan administrasi pemerintahan pusat, kota ilmu pengetahuan, kota pusat kegiatan ekonomi regional, dan kota peristirahatan. Pada abad ke-20 pun ditandai oleh besarnya arus masuk orang-orang Eropa, Tionghoa, dan Timur Asing lainnya ke Kota Bogor. Kedatangan mereka sangat besar pengaruhnya terhadap struktur ekologi perkotaan.

Akhir masa kolonial, adalah sebuah awal masa pendudukan Jepang di Nusantara. Walau hanya tiga tahun saja namun telah memberi dampak yang cukup besar dalam perikehidupan rakyat kecil. Di Kota Bogor masa penjajahan Jepang dapat dianggap sebagai masa berhentinya salah satu sektor dalam aspek sosio-ekonomi yaitu kepariwisataan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *