Ruang Cinta Pusaka

Memaknai Simbol-simbol dalam Lukisan Karya Tohir Kulikulo

69
×

Memaknai Simbol-simbol dalam Lukisan Karya Tohir Kulikulo

Sebarkan artikel ini
Tohir Kulikulo alias Sukmajaya ini memamerkan sejumlah lukisan cat minyak, dan akrilik.

Kobra Post Online – Mungkin kali inilah ada sebuah gelar pameran lukisan yang memiliki nilai-nilai keunikan tersendiri, setidaknya di Kota Bogor Pusaka. Pameran lukisan dari gegedug Komunitas Penyanyi Jalanan, Tohir Kulikulo alias Sukmajaya ini memamerkan sejumlah lukisan cat minyak, dan akrilik di atas kanvas serta kain, lukisan di atas media batu kali dan lukisan cukil kayu atau seni grafis.

Jumlah obyek seni yang dipamerkan terdiri atas lukisan di atas kanvas sebanyak 17, delapan karya grafis, dan 45 lukisan di atas batu. Keunikan jumlah materi seni yang dipamerkan memiliki simbol terkait hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesai 17 Agustus 1945. 

Lukisan di atas bidang batu yang selanjutnya menjadi ciri khas seniman KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) tersebut, yang hingga kini terus ditekuni.

Pameran lukisan dibuka dengan penuh khidmat oleh Utadz Farhan, tak hanya doa, namun juga puja dan puji atas limpahan karunia Illahi. Inilah yang unik dalam  serimoni pembukaan pameran karena seiring dengan ulang tahun sang Seniman yang ke 50, pada hari Minggu, 4 Agustus 2024.

Tempat dan lokasi penyelenggaraan pameran juga unik, karena terletak di sebuah rumah pada lokasi lahan di lembah sungai Ciliwung, bersebelahan dengan Taman Malelang dengan udara sejuk karena dinaungi oleh kerimbunan pohon bambu.

Baca juga: Galeri Lukisan di Lembah Sungai Ciliwung

Ketika wawancara dengan Thohir saat proses panjang  penyiapan materi untuk lukisannya, Tohir berulang kali mengatakan bahwa ia melukis dengan bahan seadanya. Baginya tak ada halangan dan hambatan untuk berkarya, ibarat tak ada rotan akar pun berguna. Pepatah yang arif ini ia buktikan langsung saat ia kekurangan bahan kanvas untuk melukis, tak ayal mukena sang isteri yang sudah tak terpakai itu ia gunakan sebagai pengganti kanvas. Patut dipuji upaya semacam karena mukena sejatinya memiliki nilai-nilai religi yang tinggi.

Menyimak karya lukis Tohir Kulikulo, yang dipamerkan dari tanggal 4 sampai 17 Agustus 2024, secara garis besar gaya lukisannya berlatar belakang pengalaman hidup yang telah dijalaninya selama 50 tahun. Usia yang dipandang telah mapan dalam sikap hidup dan berkesenian.

Di dalam bukunya yang nyaris telah klasik, Art as Image and Idea, Edmund Burke Feldman memilah-milah atas dasar apa seniman itu melukis. Seni, dalam hal ini seni lukis, antara lain memiliki fungsi fisik dan fungsi kejiwaan. Dan tentu saja antara satu pelukis dengan yang lain memiliki nuansa-nuansa yang berbeda.

Ditinjau dari aspek fisik, lukisan adalah salah satu karya seni dalam bentuk dua dimensi. Lukisan tak hanya memberi kepuasan secara fisik bagi pelukisnya, namun ada nilai-nilai estetika di dalamnya yang mampu menggugah peminat atau pemerhati seni lukis. Lukisan, dengan demikian adalah milik masyarakat.

Sekaligus dalam arti fungsi kejiwaan, lukisan telah mampu memberi kenikmatan visual bagi siapa pun karena pertimbangan obyek, komposisi warna, dan tekstur serta sosok pelukisnya, karena sudah memiliki nama serta ciri yang spesifik. Yang pada akhirnya pertimbangan utama hakekat kebenaran keindahan. Nilai estetika dalam unsur keseni-rupaan  sebagai ruhnya wujud karya seni lukis.

Baca juga: Mencari Pemimpin Ideal Kota Bogor Lewat Pantomim

Dari 17 lukisan yang dipamerkan, disimak bahwa tema yang diusung memiliki simbol-simbol terkait dengan permasalahan dengan latar belakang ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan kemanusiaan. Secara kasat mata, seluruh lukisan didominasi warna-warna biru, merah dan hijau.

Ada beberapa lukisan yang perlu ditelaah, karena lukisan tersebut memiliki nilai-nilai kuat yang berhubungan dengan aspek pendidikan, politik, dan gambaran tentang kota Bogor.

Lukisan-lukisan tersebut antara lain berjudul: Janji, Buitenzorg, dan Pemandangan. Lukisan ini termasuk karya yang dinilai sudah selesai dan memiliki karakter yang kuat.

Obyek lukisan berupa sosok kepala manusia yang tengah menganga tampak sangat ekspresip alias amat mengesankan. Dengan deretan gigi yang tampak sempurna, lidah warna jingga, ada sepasang mata yang satunya menyipit, juga polesan dua warna pada wajah, terang dan gelap.

Sebuah simbol-simbol bersifat ganda atau mendua: Janji artinya bisa bernilai positif dan negatif, kejujuran atau kepalsuan, kebenaran atau kebohongan. Jawabannya bisa berbeda, sejauh mana anda, dan kita memaknai simbol-simbol pada lukisan tersebut.

Ada ciciren atau identitas paling kuat Bogor yaitu Gunung Salak; kujang lima lobang, kijang wana biru, Tepas Salapan Lawang, Masjid Raya, bangunan jangkung sepanjang Jalan Raya Pajajaran, pohon meranggas yang terlepas dari sapuan warna hijau, dan yang menarik ada sekuntum bunga berwana kecoklatan. Secara keseluruhan pelukis telah menuangkan kecintaannya kepada Kota Bogor dengan  simbol-simbol nyata yang dimilikinya. Apakah bangunan jangkung, bunga dengan warna coklat, dan pohon yang meranggas itu menyimbolkan semakin panasnya suhu Kota Bogor saat ini?

Baca juga: Keboen Sastra Kritik Atang dan Dedie Tidak Hadir di Acara Paamprok Jonghok

Lukisan ini satu-satunya yang memiliki keindahan lingkungan pedesaan, sebuah nuansa alam nan permai. Ada pesawahan, sungai, kolam, bukit-bukit, dan kehijauan perdu. Mengingatkan kepada lahan alam tropis dan saujana yang damai. Keindahan lukisan masa Kolonial, masa Mooi Indiè. Namun di balik lukisan ini ada catatan sejarah dari sang pelukis, bukan kanvas sebagai medianya tapi mukena putih milik sang isteri sebagai penggantinya.

Lalu karya lukisan yang menggunakan media batu, tampaknya memberi harapan baru yang perlu  disikapi, dan ditekuni dengan lebih serius serta lebih intens. Kekuatan Tohir sebenarnya dalam lukisan potret, ia menguasai anatomi tampang muka sosok manusia, bentuk dan mimik seseorang. Ia juga memiliki kepekaan dalam komposisi warna elementer yang mengolahnya menjadi sebuah obyek lebih hidup dan berkarakter. Batu sebagai media yang dikenal dalam ungkapan karya seni dan sebagai benda fungsional telah berusia sejak lama, sepanjang sejarah umat manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *