Ruang Cinta Pusaka

Mengenal Lebih Dekat Sastrawan dan Penerjemah Ali Audah

1151
×

Mengenal Lebih Dekat Sastrawan dan Penerjemah Ali Audah

Sebarkan artikel ini
Sastrawan dan penerjemah, Ali Audah.

Kobra Post Online – Berdasarkan catatan sejarah, sudah terpateri sejak masa kolonial, Bogor di kenal sebagai Kota Sain. Julukan ini bukan tanpa alasan, tercatat ada sosok-sosok saintist yang telah mengharumkan kota yang pernah menjadi pusat Kerajaan Pajajaran itu. Di Kota Bogorlah bercokol perintis ahli biologi, arsitek, sastrawan, arkeologi, musisi, pelukis sampai komikus.

Generasi muda saat ini mungkin belum mengenal Koesnoto Setyodiwiryo pribumi pertama yang menjabat Direktur Kebun Botani Bogor, akhli zoologi pertama di Indonesia Sampurno Kadarsan, arsitek F. Silaban perencana masjid Istiqlal dan bangunan-bangunan penelitian, bujangga M.A. Salmun, arkeolog Mundardjito dan Satyawati Suleiman arkeolog perempuan pertama di  Indonesia, Ernst Dezentjè, salah satu pelukis di Bogor yang dekat dengan Bung Karno, atau Raden A. Kosasih, pelukis komik pewayangan dan sekian nama lain.

Dari sejumlah sosok intelektual yang telah mengharumkan nama Bogor, satu diantaranya adalah sastrawan Ali Audah. Ia tak hanya dikenal sebagai penulis buku dan kolumnis, namun kepakarannya dalam penerjemahan tampaknya lebih menonjol dan istimewa dibandingkan sebagai sastrawan.

Ali Audah tak memiliki gelar akademis menyertai namanya, ia hanya mengenyam pendidikan formal hanya sampai kelas satu Madrasah Ibtidaiyah (Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar). Namun berkat ketekunan yang luar biasa, mujahadah dan tafakur Ali berkembang menjadi penulis piawai dan menjadi Dosen luar biasa. Ia menguasai empat bahasa asing, yaki Arab, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Hebatnya ia belajar secara autodidak, tak pelak sepanjang hidupnya Ali telah menterjemahkan tafsir Al-Quran, biografi Nabi Muhammad SAW, dan karya-karya sastra kelas dunia. Majalah Tempo, bahkan menulis bahwa kualitas terjemahan Ali Audah membuat dia menjadi panutan tokoh-tokoh sastra Tanah Air.

Sastrawan yang lahir di Bondowoso pada 14 Juli 1924, sebuah kota kecil yang dilingkung Pegunungan Argapura, Jawa Timur. Ayahnya, Salim Audah, pedagang kecil yang lebih banyak menggunakan waktunya untuk membaca, juga mengarang dan kerap menjadi khatib di masjid besar Bondowoso. Adapun sang Ibu, Aisyah Djubran, membuka usaha menyewakan delman dan membuka warung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *