Scroll untuk baca artikel
Ruang Cinta Pusaka

Bogor Tak Hanya Dibesarkan Sri Baduga Maharaja, Juga Peran Arsitek Karsten

1309
×

Bogor Tak Hanya Dibesarkan Sri Baduga Maharaja, Juga Peran Arsitek Karsten

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Sri Baduga Maharaja (foto kiri) dan Herman Thomas Karsten (Foto Kanan).

Kobra Post Online – Hari Jadi Bogor, baik untuk kota maupun kabupaten yang ke 541 tahun hanya tinggal menghitung jari.

Seyogianya agar lebih adil dan makmur, mari menengok sejenak ke masa tahun 1808-1942, masa kolonial Belanda dari Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sampai Gubernur Jenderal Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Wah panjang amat. Nah di masa Tjarda ini sesungguhnya ada sosok yang amat besar perannya kepada Kota Bogor, yaitu Herman Thomas Karsten. Herman pertama adalah Marschalk dan Herman yang terakhir adalah Arsitek dn Planolog.

Tapak jejak kedua Herman itu hingga kini masih terasa dampaknya dan tak ayal menjadi ciri khas Kota Bogor yang  unik, Kota Bogor yang Garden City dan tentu Kota yang Pusaka.

Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811), memerintah Hindia Belanda dalam  waktu yang relatif singkat sekitar 3,5 tahun. Tapi warisan peninggalannya baik dalam pemerintahan maupun pembangunan fisik yang dirintisnya mempunyai pengaruh yang sangat besar sampai akhir abad ke-19. Gaya arsitektur di Hindia Belanda sepanjang abad ke-19 itu disebut sebagai lndische Empire, merupakan rintisan dari Sang Marschalk ini.

Kawasan Taman Kencana dan Malabar.
Baca juga: Catatan Sejarah, Pelebaran Jembatan Otista Kedua Kalinya

Untuk itu, lebih lanjut tengoklah Istana Bogor, rumah tinggal di antara Jalan Siliwangi-Suryakancana, rumah tinggal di Pasar Bogor, rumah tinggal di Jalan  Paledang, bangunan-bangunan Penelitian dan Museum Zoologi, Tepas Salapan Lawang, Hotel Savero dan beberapa bangunan hotel lain.

Itulah sisa-sisa yang masih hidup arsitektur langgam lndische Empire dari Meneer Daendels. Seorang GG dengan semangat dan keangkuhan Kaisar Napoleon dari Prancis.

Nah jika jalan-jalan dari Jalan Ahmad Yani-Juanda-Suryakancana-Siliwangi-Tajur sampai Puncak, sesungguhnya telah napak tilas Jalan Raya Pos warisan jalan karya Daendels.

Jika kita menikmati taman-taman indah di pelosok kota, Lapangan Sempur, Alun-Alun, keteduhan Taman Kencana, Taman Malabar, perumahan taman di kawasan Sempur, Babakan dan Malabar, Perumahan Babakan Peundeuy, sampai Kota Paris.

Jalan Salak menuju Taman Kencana.
Baca juga: Antara Sawahlunto dan Kota Bogor

Selanjutnya, kita tengok pula Jembatan Otto Iskandar Dinata (Otista), Jembatan M.A. Salmun, Rumah Sakit PMI sampai Pabrik Ban Good Year, adalah warisan karya Arsitek dari  Planolog Ir. Herman Thomas Karsten yang  abadi. Masih kita saksikan dan  nikmati hingga kini. Apakah sampai nanti?

Karsten Plan, sebuah rancangan Gemeente Buitenzorg yang tak pernah menjadi acuan perancangan tata kota dan ruh nuansa kota taman bagi  pengembangan Kota Bogor dari petinggi, inohong dan intelektual yang bersemayam di BAPPEDA, Dinas PUPR, Dinas Wasbangkim dan Para Staf Ahli Wali Kota yang terhormat.

Mari kita berpikir jernih dan  berkeadilan, bahwa Bogor tak hanya dibesarkan oleh peran Sri Baduga Maharaja semata, namun juga atas peran sang arsitek dan planolog Ir. Herman Thomas Karsten.

Semoga semilir angin dari Gunung Salak akan senantiasa menyejukkan Kota Pusaka Bogor ke 541 tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *