BOGOR, Kobra Post Online – Jembatan dengan mengandalkan kekuatan struktur lengkung dari susunan bata merah itu telah digunakan di Hindia-Belanda sejak awal abad ke-18. Di Buitenzorg, Kota Bogor, tinggalan struktur bata merah tak hanya digunakan untuk jembatan, gorong-gorong, saluran air di bawah jalan dan rel kereta api, terutama untuk bangunan gedung dan perumahan.
Beberapa jembatan tua di Kota Bogor yang dibangun di masa kolonial Belanda, hingga kini banyak yang masih terpakai. Di antaranya bahkan telah diperlebar, dan yang menarik, ada jembatan tua yang masih kokoh, namun yang direhabilitasi malahan jembatan baru seperti kasus pada Jembatan M.A. Salmun. Kerusakan terjadi pada kolom utama, terjadi keropos pada pembesian kolom-kolom jembatan tersebut.
Salah satu jembatan yang menggunakan bahan dan struktur baja di Kota Bogor terletak di Jalan R.E. Martadinata, perbatasan kawasan Kelurahan Ciwaringin-Cibogor yang membentang di atas Sungai Cipakancilan.
Jembatan yang diresmikan pada tahun 1983 itu adalah jembatan pengganti yang lama, dikenal dengan Jalan Pangaduan atau Jembatan Bubulak. Jembatan tua ini dibangun tahun 1918, sepuluh tahun setelah kehadiran Jembatan Pabrik Gas atau Jembatan M.A. Salmun.
Adapun jembatan baja pengganti Jembatan Pangaduan dibangun karena alasan struktur bata merah di bagian bawah jembatan tersebut telah tergerus oleh arus sungai. Namun tinjauan lapangan ke lokasi terkait adanya gerusan air, secara keseluruhan struktur lengkung konstruksi bata merahnya masih kokoh. Sebuah bukti betapa seriusnya ahli bangunan air yang membangun jembatan di masa kolonial tersebut.
Selain itu jembatan yang menghubungkan antara kawasan Bubulak, Tanah Sareal dengan kawasan Ciwaringin dan Pasar Anyar tampaknya sudah tidak memadai lagi. Mengingat jumlah volume dan jenis kendaraan semakin meningkat. Yang sangat menarik adalah jembatan baru pengganti yang lama dibuat dari bahan utama baja.