Ruang Cinta Pusaka

Selintas Sejarah Penemuan Situs Bunker di Kawasan Bogor Selatan

78
×

Selintas Sejarah Penemuan Situs Bunker di Kawasan Bogor Selatan

Sebarkan artikel ini

Kobra Post Online – Keberadaan situs Bunker, baik yang di kota, maupun di Kabupaten Bogor telah lama mendapat perhatian para pengamat sejarah. Sosok bangunan unik yang berbentuk silindris dan berpermukaan tekstur beton bertulang itu menjadi tanda tanya besar karena terletak di posisi lahan yang strategis.

Awal penelitian terpicu oleh laporan bahwa salah satu situs di lokasi pembangunan Resto dan Kafe Bukit Gumati di Jalan Saleh Danasasmita tengah dibongkar oleh pekerja proyek.

Pelapor pertama adalah salah satu Wartawan Jurnal Bogor, Aldo Herman (kini Ketua PWI Kota Bogor) yang tengah melintas di jalan yang persis sebelah proyek  tersebut.

Laporan sang wartawan yang pernah aktif di bogornews.com dan Majalah Gentra Madani milik Pemerintah Kota Bogor itu, langsung ditindak lanjuti oleh Kepala Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor yang saat itu dijabat oleh Ade Sarif Hidayat.

Selanjutnya dibentuk Tim Penelitian yang melibatkan Balai Arkeologi (BALAR BANDUNG), Balai Perlindungan Peninggalan Purbakala (BP3), Serang dan Jurusan Arkeologi FIB-UI, Depok. Seorang arkeolog senior, DR Uka Tjandrasasmita, Dosen UNPAK, Kota Bogor dan Dosen Pasca-Sarjana UIN, Jakarta ditunjuk sebagai Ketua Tim Ahli.

Baca juga: Sejarah Panjang Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian di Bogor

Penelitian diawali proses identifikasi lapangan, berlangsung pada hari Sabtu, 7 Maret 2009 dan berakhir pada Jumat, 13 Maret 2009. Sebelumnya sudah ditentukan lokasi dan jumlah situs Bunker oleh Tim Penelitian Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, yaitu dua situs di lahan Restoran & Kafe Bukit Gumati, dua situs di lahan milik eks Bank Mandiri, yang kemudian dibeli oleh Tjong Fap Nyan, warga DKI Jakarta, tiga situs di lahan milik PT KAI, tepatnya di belakang Istana Hing Puri Bima Sakti, dan dua situs terakhir terletak di lahan milik Ibu Djasni. Jadi jumlah total seluruh situs Bunker ada sembilan buah.

Dari sembilan bangunan Bunker ternyata hanya tiga situs diketahui  masih utuh, yaitu masing-masing dua situs di lahan eks Bank Mandiri, dan satu situs  lagi di lahan milik Resto Bukit Gumati.

Situs lainnya ada yang sebagian kecil masih utuh dan sebagian lain sudah rusak berat, ambruk dan melesak ke dalam tanah.

Ditinjau dari tampak luar, bangunan yang dapat dikategorikan sebagai Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) tersebut, situs Bunker, adalah struktur bangun berbentuk silinder, berbahan beton bertulang, berdiameter sekitar 2,40 meter, berketinggian variatif antara 1,00 dan 1,80 meter dan memiliki ketebalan sekitar 0,30 meter. Selain itu, pada bagian dinding tertentu Bunker memiliki lubang masuk untuk orang dan sepasang lubang pengintai. Adapun ukuran lubang masuk, juga variatf sekitar 0,70 cm × 0,80 meter dan 0,80 m × 0, 80 m. Ukuran lubang pengintai sekitar 0,30 m × 0,80 m.

Baca juga: Tiada Kepekaan Budaya para Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor

Bunker yang berketinggian 1,80 m terletak di lokasi lahan Resto dan Kafe Bukit Gumati, sedangkan yang berketinggian sekitar satu meter terletak di lahan PT KAI, persis di pinggiran jalur rel KA Bogor-Sukabumi.

Situs Bunker tak hanya ditemui di Kota Bogor, juga antara lain di wilayah Kabupaten Bogor dan kawasan Pulau Seribu, Jakarta.

Bangunan struktural berbentuk silinder tersebut diduga dirancang pada masa Kolonial Belanda antara tahun 1935-1942, menjelang pecah Perang Dunia ll tahun 1939-1945.

Mungkinkah bangunan militer itu berfungsi mempertahankan pertahanan dan keamanan kawasan Buitenzorg dari serangan pasukan Jepang? Atau dengan dengan argumen lain bahwa militer Belanda membangun Bungker di Bukit Gumati dan pinggir jalur Kereta Api Bogor-Sukabumi demi menangkal serbuan Jepang dari arah Sukabumi? Masih perlu dikaji lebih lanjut dan mendalam.

Baca juga: Bekas Gedung RPH Kota Begor Layak Dijadikan Museum Buitenzorg Indonesia

Namun yang jelas, Kota Bogor adalah kota yang patut mendapat julukan Kota Pusaka, Kota Heritage   karena memiliki warisan tinggalan masa kolonial berupa bangunan penelitian, bangunan pemerintahan dan bangunan pendidikan yang terkait dengan sejarah perkembangan Kota Bogor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *