Info Bogor

Komitmen Bebas BABS, Pemkot Pegang Data By Name By Address

1512
×

Komitmen Bebas BABS, Pemkot Pegang Data By Name By Address

Sebarkan artikel ini
Komitmen Bebas BABS, Pemkot Pegang Data By Name By Address
DEKLARASI: Sebanyak 47 Kelurahan yang ada di Kota Bogor, mendeklarasikan komitmen untuk terbebas dari perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF).

Saat ini setiap kelurahan, lanjutnya, masih ada 200-600 rumah yang buang air besar sembarangan. Sehingga total ada 25 ribu rumah di Kota Bogor, yang masih melakukan hal itu. Syarifah menyebut, angka itu sudah berkurang dari total jumlah sebelumnya yakni 35.880 rumah.

“Kami sudah ada data by name by address dan sudah membuat tabulasi serta mulai pengisian aplikasi Rasajaga. Kami juga dibantu para Kepala Organisasi Perangkat Daerah yang menjadi direktur ODF melakukan pendataan, pemicuan dan menggalang CSR untuk bantuan penanganan melalui pembangunan septic tank komunal dan lainnya,” jelas Syarifah.

Ia menerangkan, untuk mewujudkan 100 persen ODF, Pemkot Bogor menggunakan berbagai pendanaan, mulai dari APBD, melalui kegiatan Rumah Tidak Layak Huni yang komponennya ditambah. Sehingga ada Mandi Cuci Kakus (MCK). Selain itu juga melalui pengadaan Sistem Pengelolaan Air limbah Domestik Terpusat (SPALD-T), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.

Di samping APBD, Pemkot Bogor juga dibantu dengan pendanaan dari APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK) serta CSR masyarakat, komunitas dan perusahaan.

Komitmen Bebas BABS, Pemkot Pegang Data By Name By Address

“Saat ini kami mencapai angka 30,9 persen. Belum mencukupi untuk mengikuti kegiatan kota sehat atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) award, karena minimal 80 persen untuk kategori terbawah (Swasti Saba Padapa),” katanya.

Baca juga: Warga Diminta Berhemat, BPBD Distribusikan Air Bersih

Wali Kota Bogor, Bima Arya juga memandang, ODF menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan dan kemajuan peradaban sebuah wilayah. Oleh karena itu, ODF bukan saja soal penghargaan kota bersih, melainkan soal kemanusiaan.

Bima berpendapat, penanganan BABS bukan saja dari sisi penganggaran dan infrastruktur. Namun juga kultur yang telah melekat pada masyarakat. Sehingga perlu fokus pada tupoksi sekaligus kolaborasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *