BOGOR, Kobra Post Online – Wali Kota Bogor terpilih periode 2024-2029, Dedie A. Rachim berziarah ke makam para wali kota/bupati sepuh Bogor, di Kompleks Pemakaman Kanjeng Dalem Selawat, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Senin (2/12) malam lalu.
Dedie mendatangi Kompleks Pemakaman Dalem Selawat bersama sejumlah rombongan, didampingi juru kunci Makam Dalem Selawat, Ustaz Raden Muhammad Padmanegara.
Kegiatan ziarah berlangsung selama 40 menit, yaitu selepas salat Maghrib pukul 18.30 WIB hingga Isya pada pukul 19.10 WIB.
Mantan pejabat KPK ini melakukan tawassul dan memanjatkan doa untuk para sepuh maupun pemimpin, dan para karuhun alias leluhur Bogor di makam Raden Adipati Soeria Winata (H. Muhammad Sirodj).
Diketahui Raden Adipati Soeria Winata dijuluki wali sepuh Bogor Eyang Dalem Selawat, mengingat selama hidupnya dikenal sebagai pemimpin Bogor yang gemar menyiarkan pembacaan selawat baik di lingkungan pendopo Bogor, Empang maupun di tengah masyarakat luas.
Salah satu tradisi yang ditanamkan Dalem Selawat yaitu pembacaan selawat secara berjamaah menjelang dilaksanakannya salat Jumat.
Baca juga: Dedie-Jenal Unggul, Ini Rekapitulasi Perhitungan Suara KPU Kota Bogor
Hari Jumat dipilih sebagai waktu untuk menggaungkan salat di tatar Pajajaran karena berkumpulnya jamaah dalam jumlah banyak untuk menunaikan Jumat, serta anjuran kanjeng Nabi Muhammad SAW, agar setiap Muslim memperbanyak selawat pada hari ini.
Keteladanan dan kepeloporan Dalem Selawat sebagai wali kota/ bupati Bogor kala itu menginspirasi masjid-masjid lainnya di wilayah Bogor melakukan hal serupa, dengan membaca selawat secara berjamaah. Hingga sekarang tradisi ini masih banyak dijumpai di masjid-masjid di Bogor, terutama masjid-masjid diperkampungan.
Dalem Adipati Soeria Winata tercatat memimpin Bogor pada tahun 1849-1864. Sebelumnya ia merupakan Bupati Karawang dan Purwakarta pada tahun 1827-1849.
Dalem Selawat adalah putra Dalem Adipati Wiranata, yang menjabat sebagai bupati/wali kota Bogor pada 1815-1849. Wiranata tercatat sebagai putra Dalem Sepuh Kampung Baru, pemimpin salah satu nama distrik pada zaman kolonial Belanda yang menjadi tonggak dibentuknya Kabupaten dan Kota Bogor.
Pada tahun 1745, seiring dengan pembangunan Jalan Raya Deendels oleh pemerintahan kolonial, Gubernur Hindia Belanda Jendral Gustaaf Willem Baron Van Imhoff membangun Istana Bogor di kawasan Kebun Raya.
Baca juga: Pelatihan Peningkatan Kapasitas Satlinmas se-Kecamatan Rancabungur: Manajemen dan Kesiapsiagaan Bencana
Ia menggabungkan sembilan distrik yang meliputi Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru ke dalam satu pemerintahan. Kemudian kawasan itu disebut Kampung Baru Buitenzorg atau Kota dan Kabupaten Bogor yang sekarang kita kenal.
Sembilan distrik alias kampung yang menjadi cikal bakal didirikannya Bogor merupakan tunas dari kota yang sebelumnya telah ada, yang berdiri kokoh dari abad 6 hingga 16 M alias eksis selama 1.000 tahun, yakni kota Pakuan Pajajaran yang dibentuk oleh pemimpin Kerajaan Sunda Maharaja Tarusbawa, dengan pusat pemerintahan di Batutulis.
Pakuan sebagai ibukota Kerajaan Sunda Pajajaran runtuh pada 1579. Selama 100 tahun setelah Kerajaan Pajajaran runtuh kota Pakuan kosong, tidak berpenghuni akibat ditinggal oleh penduduknya. Menjelang akhir tahun 1600-an, Raden Tanujiwa membuka kembali kampung-kampung eks wilayah inti Pajajaran dan membaginya menjadi sembilan distrik tersebut.
Kawasan Empang yang menjadi pendopo pemerintahan Bogor pada zaman Belanda merupakan kota tua yang telah ada sejak era Pajajaran, situs bersejarah yang dikenal sebagai alun-alun dan benteng utama keraton Pakuan Pajajaran.
Juru kunci Makam Dalem Selawat, Ustaz Raden Muhammad Padmanegara yang juga Ketua Harian Masjid Agung At-Thohiriyah Empang mengatakan, di pemakaman Dalem Selawat terdapat makam tiga wali kota/ bupati terdahulu Bogor. Yaitu Dalem Sepuh Kampung Baru, Dalem H M Muhamad Thohir, Dalem Sepuh Bogor Raden Wiranata, dan Dalem Soeria Winata alias Dalem Selawat.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Makam Belanda di Kebun Raya Bogor
Selain itu, di komplek pemakaman ini juga terdapat makam para pemimpin agama alias penghulu, para pejabat pemerintahan dan pemimpin Bogor pada masa itu.
Masjid tertua At-Thohiriyah
Selain berziarah, Dedie juga menyempatkan diri menyambangi Masjid Agung At-Thohiriyah, Empang. Masjid warisan peninggalan Dalem Selawat, yang lokasinya berjarak 100 meter dari area pemakaman Dalam Selawat.
Sebagai kota tua bersejarah yang memiliki peran besar pada masa silam, selain memiliki situs pemakaman para wali kota/ bupati sepuh Bogor, Empang juga memiliki alun-alun dan Masjid Agung At-Thohiriyah yang berdiri kokoh.
At-Thohiriyah dikenal sebagai masjid tertua di Kota Bogor, warisan peninggalan Dalem Wiranata dan Dalem Soeria Winata.
Baca juga: 77 Tahun Wafat Sang Pahlawan Sunda Raden Dewi Sartika
Nama At-Thohiriyah dinisbatkan pada nama Dalem H. Muhammad Thohir, sebagai leluhur pemimpin Bogor sekaligus pewakaf tanah alun-alun dan masjid Agung At-Thohiriyah Empang.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Masjid Agung At-Thohiriyah sering menjadi tempat berkumpul para pemimpin dunia atau tamu negara yang berkunjung ke Istana Bogor, untuk menunaikan salat Jumat.