JAKARTA, Kobra Post Online – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang sedikit menghambat ekspansi industri manufaktur Indonesia.
“Kondisi ini juga terjadi di negara-negara lain di ASEAN dan negara ekonomi besar dunia,” katanya dalam rapat kerja (Raker) Kementerian Perindustrian di Jakarta, Jumat (16/6).
Agus menyebut, setidaknya terdapat tiga faktor utama yang berasal dari ekonomi global. Pertama, resesi global yang dimulai pada awal 2022 dan diikuti peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada triwulan III dan IV tahun 2022.
Kedua, kebijakan moneter seperti suku bunga, Quantitative Easing dan Tappering yang diambil The Fed untuk menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat sebagai dampak pandemi. Ketiga, perang berkepanjangan Rusia-Ukraina yang mengganggu rantai pasok.
Selain itu, terdapat juga hambatan dari dalam negeri berupa momen hari raya, faktor musiman, hingga naiknya belanja domestik.
Ia juga menyebut bahwa kinerja industri masih menghadapi beberapa tantangan. Mulai dari sisi suplai, kompleksitas produk, daya saing, produktivitas tenaga kerja, adopsi teknologi, kemampuan inovasi, serta partisipasi dalam GVC.
“Selain itu ada beberapa permasalahan di bidang industri yang menjadi isu utama antara lain mulai dari akses Bahan baku/penolong, skill SDM, tantangan produk Impor, pengolahan limbah B3, logistik, hingga data industri,” jelasnya.
Baca juga: Menperin : Industri Manufaktur Tumbuh Gemilang
Namun demikian, Agus menyebut bahwa berdasarkan survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI), pandangan terhadap kondisi usaha dalam enam bulan ke depan tercatat sebesar 66,2% pelaku usaha lebih optimis. Angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 64.7%, dan menjadi angka tertinggi sejak IKI diluncurkan.
“Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinannya akan kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik. Hal inilah yang harus kita jaga, sebagai pembina industri. Kita harus tanggap dan responsif dengan kondisi perekonomian dunia yang tengah berlangsung saat ini,” tegasnya.