Cerita Pasangan Suami Istri Tunanetra Penjual Kerupuk Kulit

Cerita Pasangan Suami Istri Tuna Netra Penjual Kerupuk Kulit
Hendi dan Itoh pasangan suami istri Tuna Netra penjual kerupuk kulit. (Foto: Dok. Yaso)

BOGOR, Kobra Post Online – Terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna terkadang hanya sekedar pasrah dengan keadaan tanpa melakukan usaha. Namun tidak dengan Hendi dan Itoh. Meskipun pasangan suami istri ini kedua matanya tak mampu melihat (tunanetra), ternyata mereka enggan menadah belas kasihan orang lain. Keduanya kompak memilih berjualan kerupuk kulit dengan cara berkeliling.

Sambil memegang tongkat yang menjadi penuntun, Hendi dan Itoh berjalan menyusuri jalan-jalan di perumahan dan perkampungan penduduk sekitar wilayah Ciomas Kabupaten Bogor. “Kerupuk kulit, kerupuk kulit,” itulah suara yang terdengar setiap Hendi dan Itoh melintas ke pemukiman penduduk.

Ternyata suara itu bukan keluar langsung dari mulut Hendi dan Itoh. Tapi suara yang sudah di rekam dan diputarnya berulang-ulang melalui pengeras suara berukuran kecil yang dibawanya.

Pasangan suami istri tunanetra ini berkeliling menjajakan dagangannya selepas salat Subuh. Mereka berjalan kaki dari rumahnya di Gunung Batu Kelurahan Gunung Batu Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

“Kalau perjalanan jauh, saya naik angkot (angkutan kota) menuju lokasi perumahan penduduk yang dituju. Seperti ke Perumahan Villa Ciomas, saya naik angkot dari Gunung Batu,” ujar Hendi kepada Kobra Post Online, Minggu (18/6).

Menurut Hendi, kerupuk kulit yang ia jual seharga Rp 10 ribu per bungkus. “Saya menjual kerupuk kulit ini ngambil dari orang lain, bukan saya yang bikin,” katanya.

Sambil berjualan kerupuk kulit, sambung Hendi, ia juga menerima jasa pijat. “Kalau ada orang meminta tolong dipijat, saya siap memijat, karena Alhamdullilah saya punya keahlian memijat,” ucapnya.

Hendi dan Itoh tidak mau dikasih uang secara cuma-cuma. Mereka lebih memilih mendapatkan uang dari kerja kerasnya sendiri, dibandingkan harus mendapatkan dari belas kasihan orang.

“Saya lebih senang menjadi pedagang kerupuk kulit dan jasa pijat. Selama saya dan istri masih bisa berusaha, apapun akan dilakukan yang penting halal, tanpa harus mengharapkan belas kasihan dari orang lain,” imbuhnya.