Dari 34 jasad yang dimakamkan itu, tercatat seorang Gubernur Jenderal, Dominique Jacques de Eerens. Ia menjabat dari tahun 1836-1840, adalah Gubernur Jenderal Hindia- Belanda ke 9.
Dalam tugasnya di Hindia-Belanda ia mengakhiri Perang Paderi. Pada tanggal 30 Mei ia meninggal di Bogor. Ia wafat mendadak saat masih menjabat gubernur jenderal.
Catatan dalam epitaph hanya tertulis: (Tempat peristirahatan DJ de Eerens. Letnan Jenderal. Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Beristirahat dalam damai).

Baca juga: Mengenal Bunker Tinggalan Masa Kolonial Belanda di Bogor Selatan
Selain D.J. de Eerens, di Kebun Raya Bogor, terbaring jasad putera dan puteri Gubernur Jenderal Van den Bosch (1830-1834), mereka adalah Adriana van den Bosch, puterinya yang wafat dalam usia 23 tahun pada 18 September 1831. Dan Johannes Hendrik Lodewijk Otto van den Bosch, puteranya yang wafat dalan usia 2 tahun pada 20 Juni 1836. Johannes dilahirkan dan wafat di villa keluarga van den Bosch di Pondok Gede di utara Bogor.
Puteri gubernur jendral lain yang wafat dan dikubur di tempat yang sama adalah Gertrude Jacqueline Otto van Rees. Wafat pada 28 September 1886, ia adalah puteri Van Rees daru isteri keduanya, Johanna Sara Wilhelmina van Braam Morris.
Yang menarik adalah kuburan milik Ary Prins, ahli hukum Belanda yang wafat di Batavia pada 28 Januari 1876. Prins adalah ketua Raad van Nederlansch-lndie, tercatat pernah dua kali jadi pejabat gubernur jenderal antara 2 September-19 Oktober 1861 dan 25 Oktober 28 Desember 1866. Kuburannya paling besar, terbuat dari batu cadas kelabu. Makam tersebut berbentuk monumen dengan bidang dasar berukuran 2 kali 2 meter dan tinggi sekitar 4 meter.